CERPENKU


        KASIHMU adalah SIKSAMU
                                    Karya YULISTIA DEWI

          Aku adalah anak bisa dibilang pendiam dan lemah. Namaku Riko aku terlahir dari anak orang berada. Aku  hidup bersama ayahku karena ibuku sudah dipanggil oleh Sang Khalik. Ayahku bernama Gunawan dia seorang pembisnis.  Setiap hari aku selalu menulis cerita tentang hari-hariku.  Aku sangat terpukul dan merasa kehilangan ketika aku ditinggal ibunda. Ayah, sejak kecil  kau sudah membuatku hidup dengan keperihan dan membuatku sakit. Pukulan dan tamparanmu membuatku hidup dari dunia ini. Siksaan yang penuh dendam itu tlah menggoyahkan ragaku untuk terus bersabar dari kenyataan ini. Ayah aku sakit, sakit oleh tingkah baikmu.

Pagi yang indah ini kini sinar mulai mengawali cerita ini, aku belum terbangun dari pancaran sinar yang menusuk mataku. Tanpa ku sadari aku tersiram derasnya air mengenai mukaku.
“Bangun kauu,, sudah ayah bilang kamu kesiangan lagi kan....”ucapnya dengan pancaran amarah.
“iya yahh maaf... aku semalam tidurnya ke maleman...”kataku sambil mengusap air di wajahku
            Di tempat ini aku diam dengan menundukkan kepalaku, dihadapan ku hanya ada sebuah piring dan diatasnya sebuah sendok yang membuatku untuk segera makan. Tapi hidangan disana terasa ada yang kurang.
            “Ayah, aku ingin menambah sambal dimakananku.”kataku.
            “Apa sambal?? Kamu tau kan, kamu ini lagi sakit? Sini kamu...”kata ayah sambil mengayunkan tangan kerasnya.
            Aku menghampirinya, ku kira permintaanku di kabul. Tetapi ditempat ini aku mendapat sebuah arti kasihnya.
            “PraAkkk...” sebuah tamparan mendarat di pipi kananku dengan keras suaranya menggema ke setiap sudut ruang.
            Di kehidupanku ini aku terasa terhambat oleh sesaknya nafas di dadaku. Aku mengidap sebuah penyakit yang lumayan parah. Dokter bilang aku idap ini sudah lama, dan baru ketauan sekarang. Tak kuat ku menahan perih batinku dan sakitnya ragaku. Ayahku selalu bilang bahwa dia sayang kepadaku. Tapi takdir meyakinkanku, bahwa aku selalu salah dimata kasihnya. Setiap kali aku ingin berusaha menggapai dan bertanya kepada bintang impianku,
            “apa yang harus aku lakukan agar ayahku tidak lagi marah-marah kepadaku?” ku berdiri didepan jendela berdebu dan kulihat malam yang indah dan eloknya kedipan mata bintang-bintang itu.
Aku tak sendirian. Di sekolah, Fauzan sahabatku yang selalu baik, perhatian, juga di tidak pernah membuatku terluka akan amarah. Ketika penyakit menyerangku ragaku lemah tak berdaya, air liur merah mengalir di hidungku. Cemoohan teman-teman menghantuiku....
“Hey teman-teman jangan dekat-dekat Riko dia berpenyakitan, bisa-bisa nanti ketularan deh....”kata salah satu teman kelasku.
“KAMU...? awas jangan sekali-kali lagi kalian semua mengejek temanku lagi. Bagaimana perasaan kalian jika kalian ada diposisi Riko, heuhhh??”kata Fauzan dengan memancarkan emosinya.
“Sudah-sudah kalian jangan bertengkar, nanti guru-guru marah gara-gara aku...”kataku dengan suara serak.
Ketika itu aku tak sadarkan diri. Fauzan membawa ku ke rumah, disana ayahku sedang tidak ada di rumah. Yang ku ingat dan tersadar, di hadapanku hanya ada Fauzan dengan baju yang gak karuan dia masih setia menemaniku sampai ayahku pulang...
“Riko, aku pulang dulu yahh... kabari aku klo kamu butuh aku.” katanya sambil tersenyum.
“Ya zan,, makasih kamu sudah mengantar aku ke rumah.”ucapku dengan lembut.
Aku berharap ya Tuhan:
Aku ingin ayah mengerti aku
            aku ingin ayah tak marah-marah lagi
            aku ingin ayah sayang kepadaku
            aku ingin ayah memaafkanku

“Begitu Pak isi dari Diary Riko, maaf Pak jika aku lancang bercerita kepada Bapak tentang ini. Sebelum alm. meninggal ia mengasihkan Diarynya kepadaku dan menitip pesan untuk Bapak bahwa Riko sayang kepada bapak dan ia meminta maaf jika Riko berbuat salah.”kataku sambil berjongkok di pinggir batu nisan.
“Makasih nak Fauzan, yang sudah menjadi teman baiknya Riko. Bapak sangat kejam sekali kepada Riko. Tapi sebenarnya dari kekejaman itu bapak sangat sayang dan secara tak sadar bapak sering memukul Riko dengan tangan ini.”ujarnya dengan menangis.
Di hari ini matahari tak ingin besinar terang tak seperti biasanya, langit diselimuti awan kelabu, angin yang bertiup lemah, mungkin mereka sedang berduka. Dan  suasana haru terus menghiasi hari ini. Ketika itu ayah Riko sangat merasa bersalah atas kasih sayangnya kepada Riko. Dia menangisi dan mengelus-ngeluskan papan nama alm. dengan buliran air mata kasih dan menjatuhi tanah yang bertabur bunga.

0 Response to "CERPENKU"

Posting Komentar